Friday, 3 May 2013

Dampak Bom Boston Menekan Para Mualaf AS



Dampak Bom Boston Menekan Para Mualaf AS

Redaksi – Kamis, 21 Jumadil Akhir 1434 H / 2 Mei 2013 16:19 WIB
1 1Tragedi Bom Boston baru baru ini telah menciptakan masalah baru bagi kehidupan mualaf Muslim di Amerika Serikat, khususnya bagi muslimah.
“Setiap kali seseorang berbicara tentang Muslim, mereka menghubungkannya dengan sesuatu yang negatif, hal itu mereka lakukan biasanya  dengan  mengatakan, ‘Hati-hati, lihat apa yang akan terjadi ketika Anda menjadi Muslim,’” kata Seema Imam, seorang muallaf dan juga profesor pendidikan di Louis National University di Lisle, Illinois, mengatakan kepada Huffington Post.
Imam, yang dilahirkan sebagai seorang Kristen Methodist , telah memeluk Islam 40 tahun yang lalu pada usia 17 tahun. Dia menghadapi dilema baru setelah pemboman di Boston pertengahan  bulan lalu yang menewaskan tiga orang. Banyak orang mulai mengucapkan bahwa orang yang memeluk Islam kemungkinan akan terlibat dalam kekerasan.
Persepsi ini digiring opininya oleh media , terlebih lagi  salah satu istri janda tersangka bom Boston, 24 tahun,  Katherine Russell, adalah seorang mualaf  wanita Amerika.
Mereka para media AS menargetkan perempuan AS secara khusus untuk berhati hati , karena biasanya perempuan menjadi tidak mampu membuat keputusan sendiri berpindah agama atau tidak, menurut mereka.
“Laporan ini menuduh wanita sebagai makhluk yang lemah dan tidak bisa berpikir sendiri,” kata Malika MacDonald Rushdan, seorang mualaf  pada tahun1995 dan ia bercerai dengan suami Kristen nya.
Kasus  yang sama yang dihadapi Kelly Wentworth, 35 tahun , ketika dia bersahabat dengan teman asal Yaman bahwa dia tertarik untuk belajar tentang Islam. Setelah berkonsultasi dengan seorang profesor Muslim yang mengajar di Tennessee Tech, di mana ia adalah mahasiswi pada saat itu, ia memutuskan memeluk Islam, dan keputusannya tidak dirayakan antar temannya.
“Saya khawatir orang-orang akan berpikir bahwa aku mualaf karena dia (Professor muslim itu), atau bahwa saya dipaksa untuk mengubah agama saya ,” kata Wentworth, seorang insinyur software di Atlanta dan ia  merupakan anggota dewan advokasi Muslim nasional.
Meskipun tidak ada perkiraan angka yang resmi, AS adalah negeri bagi 7-8 juta Muslim. Menurut sebuah studi 2011 oleh Pew Forum tentang Agama dan Kehidupan Publik, sekitar 20 persen dari jumlah muslim di sana adalah mualaf. Dan dari mereka yang mualaf, , sekitar 54 persennya adalah laki-laki dan 46 persen adalah perempuan.
Sebuah jajak pendapat Gallup sebelumnya menemukan bahwa mayoritas orang Amerika yang Muslim setia kepada negara mereka dan optimis tentang masa depan umat Islam  di Amerika Serikat.
Banyak mualaf perempuan menghadapi tuduhan bahwa mereka memeluk Islam hanya untuk mengikuti suami mereka. dan para muslimah di sana membantah tuduhan itu, bahwa mereka berpindah agama karena tuntutan imannya.
“Iman saya, adalah untuk Sang Pencipta, bukan untuk suami saya,” tulis pengacara Ohio  bernama Sarah Anjum, ia mualaf hampir 10 tahun yang lalu, saat dia masih kuliah , saat kuliah ia mempelajari gerakan Islam politik dan Arab, dan empat tahun setelahnya ia bertemu dengan seorang pria yang menjadi suaminya.
Katherine Wilson, seorang mualaf dan Rhode Island , ia  bekerja untuk advokasi perempuan korban kekerasan dan pelecehan seksual, berpendapat bahwa media massa telah berhasil mendistorsi citra umat Islam.
“Saya pikir akan ada yang banyak bertanya, kenapa wanita Amerika ‘ yang hidupnya serba bebas’ dan nyaman , akan menjauh dari kehidupan itu dan menyerah untuk memutuskan untuk merubah keyakinannya. Seringkali pertanyaan kenapa pindah agama diarahkan kepada kami,  yang mengakibatkan kami Muslim mualaf lelah untuk menjelaskan keputusan kami tersebut kepada mereka..
“Akan selalu ada orang-orang yang menilai berdasarkan kepada ketidaktahuannya. Dan tentunya mereka itu semua bukan urusan saya, “kata MacDonald Rushdan, seorang mualaf.
“Saya akan terus melakukan apa yang saya selalu lakukan. Saya tidak akan minta maaf kepada siapapun karena saya telah menjadi seorang wanita yang takut akan Allah , yang dengan imannya memberikan kedamaian dan kepuasan batin. ” (OInet/eramuslim/Dz)

No comments:

Post a Comment