Saturday, 27 April 2013

Jumlah Mualaf di Amerika Terus Meningkat



Jumlah Mualaf di Amerika Terus Meningkat

 Jumlah Mualaf Amerika tiap tahun terus meningkat. (ist)


Ribuan warga Amerika menjadi mu’alaf dalam sepuluh tahun terakhir ini. Sedikitnya, 250 orang di Islamkan di Islamic Center of New York setiap tahunnya. Bukti ketertarikan kepada Islam terus meningkat di Negeri Paman Sam itu.
Spirit kecintaan inilah yang ingin dipupuk Ulama Besar Amerika, Ustadz Syamsi Ali kepada umat Islam di Indonesia. Kunjungan dakwahnya selama dua minggu menjamah sebagian kota. Mulai dari Jakarta, Balik Papan, Bulu Kamba (Sulsel), Makasar, hingga mampir selama dua hari di Kota Padang.
“Kegiatan dakwah Islam di Amerika didanai kantong sendiri. Di sana, dai tidak digaji. Tak jarang pula, saya dianggap asing karena perawakan yang tidak bule,” papar Ustadz Syamsi Ali di Masjid Istiqomah, Sawahan Kecamatan Padang Timur, Rabu (26/3).
Sebelum di Masjid Istiqamah, paginya ustadz Syamsi memberi ceramah di Masjid Nurul Ilmi, Unand. Senin (25/3), ustadz Syamsi memberi ceramah yang sama di Masjid Jabal Rahmah Semen Padang dan Kampus UPI YPTK.
Menurutnya, perdamaian di dunia dapat terwujud jika keadilan telah tercapai. Keadilan akan tercapai, kesejahteraan dapat terwujud andaikata seluruh kegiatan manusia  beranjak dari nilai-nilai keislaman. Seperti pedagang, melakukan jual beli dengan kaidah mu’amalah, tenaga pendidik mengajar dengan mawaddah wa rahmah dan politikus, menjadikan politik itu wahana untuk kepentingan membangun masyarakat yang adil dan berkeadilan sesuai tuntunan syari’at.
Pertarungan dakwah di Amerika turut mewarnai pengajian Ustadz Syamsi Ali. Kegiatan dakwah damainya menembus lini pemerintahan. Upaya membangun hubungan baik dengan agama lain merupakan usaha yang tidak mudah. Rutinitas itu digeluti sejak diterimanya tawaran untuk datang ke New York, awal tahun 1997.
 Cerita Syamsi Ali, pada musim haji tahun 1996, Syamsi Ali mendapat amanah untuk berceramah di Konsulat Jenderal RI Jeddah di Arab Saudi. Putra Bulukumba, Sulsel itu bertemu dengan jamaah haji luar negeri, termasuk Dubes RI untuk PBB. Tawaran untuk datang ke New York, AS menjadi babak baru kehidupannya. Di usianya yang sekarang, 46 tahun, pria kelahiran 5 Oktober itu dipercaya sebagai Imam di Islamic Centre of New York.
Disebutkan, mu’alaf di negeri Paman Sam Amerika semakin meningkat. Ketertarikan kepada Islam semakin besar. Namun sayang, hal itu tidak seimbang dengan keberadaan Da’i di sana. Berbanding terbalik dengan Indonesia. “Di Indonesia, jumlah Da’i  terus meningkat, sementara kecintaan penganut makin menurun. Kegiatan keagamaan masih sebatas simbolisasi. Seakan mengabaikan nilai-nilai yang substansi,” ujarnya.
Kunjungannya ke Indonesia, berlangsung selama dua minggu. Selama itu juga, Dia menginformasikan gerak dakwah dan pertumbuhan muslim di Amerika. Dilakukan dalam Agenda “Meretas Dakwah Melintas Batas” Dompet Dhuafa.
Cita-cita yang kini masih dalam perjuangan bersama, mendirikan gedung khusus yang akan menjadi pusat pembinaan para mualaf. Tempat yang kemudian juga dibuat untuk menciptakan dai-dai kulit putih di Amerika. Para Da’i berkulit putih, bermata biru dan berambut pirang. “Kita akan satukan visi untuk menciptakan Da’i-Da’i baru lewat pembinaan yang intensif,” tutup Ustadz Syamsi Ali.
Syamsi sendiri berasal dari sebuah desa kecil di Sulawesi Selatan. Kepintarannya berdakwah sudah tampak sejak menjadi santri di pondok pesantren Bulukumba. Ia pergi ke Arab Saudi untuk memperdalam ilmu agama dan ke Pakistan untuk belajar ilmu dunia, sebelum menjadi lokal staf di Perwakilan Tetap RI di New York. Ia mengharumkan citra Islam Indonesia yang moderat dengan pandangan dan aktivitasnya di berbagai forum internasional.
Selain sebagai imam pada Islamic Center, masjid terbesar di New York, Syamsi Ali juga dipercaya menjadi Direktur Jamaica Muslim Center, sebuah yayasan dan masjid di kawasan timur New York yang dikelola komunitas Muslim asal Asia Selatan, seperti Bangladesh, Pakistan dan India.
“Amerika, dalam banyak hal lebih pantas untuk dikatakan negara Islam ketimbang banyak negara yang diakui sebagai negara Islam saat ini,” ujar Syamsi Ali.
Amerika, katanya, telah lebih banyak menegakkan syariat Islam ketimbang negara-negara yang mengaku mengusung syariat. Untuk itu, seorang Muslim yang paham tentang konsep masyarakat dalam Islam, tidak akan pernah mempermasalahkan itu lagi. Sebaliknya, non-Muslim juga seharusnya tidak perlu “over worried” mengenai hal tersebut.
Dalam setiap dakwahnya, Syamsi menceritakan kepada publik Amerika bahwa Islam adalah agama yang mengakui persaudaraan umat manusia. “Islam tak membenci umat lain. Justru Islam datang untuk mengangkat derajat semua manusia,” kata Syamsi Ali, berusaha mengurangi kebencian sebagian warga Amerika terhadap Islam pasca serangan teroris gedung WTC.
Sejak peristiwa itu, semakin banyak orang di Amerika Serikat yang ingin tahu lebih mendalam mengenai Islam. “Inilah tugas saya untuk memberi penjelasan sebenarnya tentang Islam yang rahmatan lil alamin,” katanya (cr1/jp/R)

1 comment: